Banyak dari anda sudah sering mendengar konsep mengenai “bom waktu diabetes,” peledakan angka diabetes sebagai akibat dugaan meningkatnya kebiasaan hidup tidak sehat.
Para professional kesehatan sering menganjurkan kita, apa-bila kita ingin mengurangi resiko diabetes, maka jagalah berat badan dengan diet rendah kalori. Sayangnya, hal ini mengasumsikan bahwa lemak diidentikkan dengan “menggemukkan” (padahal bukan) dan bahwa diet rendah kalori sangat efektif untuk mengontrol berat badan (padahal tidak). Jangan lupa bahwa diabetes merupakan sebuah kondisi yang digolongkan sebagai masalah mengatasi karbohidrat (bukan lemak).
Saya menganjurkan bagi mereka yang ingin mengambil langkah positif untuk mengakhiri resiko diabetes mereka agar berkonsentrasi pada pola makan alami, diet dengan kandungan glycemic rendah.
Dan saat saya menegaskan hal mengenai “mengambil langkah positif,” saya ingin menceritakan kepada anda hasil dari sebuah studi, yang menaksir efek berjalan kaki terhadap resiko diabetes. Aktivitas dipercaya akan membantu insulin memberikan reaksi pada tubuh. Dengan kata lain, banyak aktivitas akan mengurangi resiko “daya tahan insulin,” yang merupakan sebuah bentuk gejala diabetes tipe 2.
Studi tersebut dipublikasikan bulan ini dalam jurnal Diabetes Care. Para peneliti melakukan uji coba pada sekitar 8.600 pria Jepang dan mengamati selama lebih dari empat tahun. Semua pria ini memiliki pekerjaan tetap dan kondisi sosial ekonomi serupa. Pada permulaan studi ini, tidak satupun dari pria ini didiagnosa mengidap diabetes.
Di akhir periode empat tahun penaksiran, para peneliti mengamati berbagai kaitan antara rentang waktu yang dihabiskan oleh para pria yang berjalan kaki menuju tempat kerjanya dan resiko diabetes. Ditemukan bahwa pria yang berjalan selama 21 menit atau lebih setiap harinya, diban-dingkan dengan mereka yang berjalan 10 menit atau kurang tiap harinya, adalah 27 persen lebih rendah terkena resiko diabetes. Dan pengurangan ini secara statistik sangat signifikan perbedaannya.
Dalam studi “epidemiological” terhadap kebiasaan ini tidak pernah diketahui secara pasti bahwa saat dua faktor dikaitkan, yang satu mengakibatkan yang lain. Umumnya, kita tidak mengetahui apakah berjalan kaki atau faktor lain yang berhubungan dengan berjalan (seperti olahraga) yang mengakibatkan pengurangan resiko diabetes. Namun, fakta bahwa pokok dari background sosial ekonomi serupa benar-benar memperkuat hubungan antara berjalan kaki dan resiko diabetes dan memberi kesan bahwa berjalan kaki inilah yang mengakibatkan pengurangan.
Sebagai seorang yang menganjurkan berjalan kaki, saya selalu senang mengamati penelitian seperti demikian. Pengalaman saya adalah bahwa kebanyakan orang dapat mengatur waktu setengah jam berjalan kaki setiap harinya tanpa mengganggu jadwal mereka. Bagi beberapa orang, mungkin baginya tepat untuk berjalan kaki ke tempat kerja namun beberapa orang mungkin menemukan lebih mudah dan praktis pergi dan pulang dari kantor dengan berjalan kaki. Sebagian orang mungkin lebih menyukai berjalan kaki setelah makan siang..Sumber: Epochtimes.co.id